Senin, 13 Juli 2015

Ketika Protein Di Urin Bukan Berarti Penyakit Ginjal


Keluarnya protein di urin biasanya menandakan penyakit ginjal (nefritis). Namun, keluarnya protein di urin yang serupa dengan yang terjadi pada nefritis sering dijumpai setelah olahraga, tetapi keadaan ini tidak berbahaya, transien, dan reversible. Kata pseudonefritis atletik digunakan untuk menjelaskan proteineuria pasca olahraga ini. Studi-studi menunjukkan bahwa 70% sampai 80% atlet mengalami proteineuria setelah olahraga yang sangat berat. Keadaan ini terjadi pada peserta olahraga kontak maupun nonkontak, sehingga bukan berasal dari trauma fisik ke ginjal.
  Biasanya hanya sebagian kecil dari protein plasma yang masuk ke glomerulus difiltrasi; protein plasma yang tersaring ini direabsorpsi di tubulus sehingga normalnya tidak ada protein plasma yang muncul di urin. Dua mekanisme dasar dapat menyebabkan proteineuria : 1) meningkatnya permeabilitas glomerulus tanpa disertai oleh perubahan reabsorpsi tubulus; atau 2) gangguan reabsorpsi tubulus. Riset menunjukkan bahwa proteineuria yang terjadi selama olahraga ringan sampai sedang terjadi karena perubahan permeabilitas glomerulus, sementara proteineuria selama olahraga melelahkan jangka pendek tampaknya disebabkan oleh baik peningkatan permeabilitas glomerulus maupun disfungsi tubulus.
Disfungsi ginjal reversible ini dipercaya terjadi karena perubahan sirkulasi dan hormone yang terjadi saat olahraga. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa aliran darah ginjal berkurang selama olahraga karena pembuluh ginjal mengalami kontriksi darah dialihkan ke otot-otot yang aktif. Penurunan ini berkorelasi positif dengan intensitas olahraga. Pada olahraga berat, aliran darah ginjal dapat berkurang hingga 20% dari normal. Akibatnya, aliran darah glomerulus juga berkurang, tetapi tidak dengan tingkat yang sama seperti aliran darah ginjal, mungkin karena mekanisme otoregulasi.
Beberapa peneliti berpendapat bahwa penurunan aliran darah  glomerulus meningkatkan difusi protein ke dalam lumen tubulus karena darah yang mengalir lebih lambat menghabiskan lebih banyak waktu di glomerulus sehingga makin banyak proporsi protein yang memiliki kesempatan untuk lolos melalui membrane glomerulus. Perubahan hormone yang menyertai olahraga juga mungkin mempengaruhi permeabilitas glomerulus. Sebagai contoh, penyuntikan rennin adalah carayang telah dikenal baik untuk secara eksperimen menginduksi proteineuria. Aktivitas rennin plasma meningkat selama olahraga berat dan mungkin berperan menimbulkan proteineuria pasca olahraga. Para peneliti juga berhipotesis bahwa selama olahraga berat reabsorpsi tubulus maksimal tercapai dan hal ini  dapat mengganggu reabsorpsi protein.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar